Selasa, 17 Oktober 2017

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA JANIN DAN ADAPTASI FISIOLOGIS NEONATUS PADA SISTEM PENCERNAAN, GINJAL DAN HEPAR



ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA-SEKOLAH
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA JANIN DAN ADAPTASI FISIOLOGIS NEONATUS PADA SISTEM PENCERNAAN, GINJAL DAN HEPAR




Disusun Oleh :
Dea Adelia (38716263)
Fauziah Islamiati (32716732)
Ike Nur Wulan Asri Yani (38716284)
Ira Puspa Dwipa (38716285)
Okti Ghina Salsabela (35716674)
Risma Ayu Julianti (38716300)
Rista Ayu Melinda (38716301)

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016/2017

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA JANIN

Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi, anak, dan orang dewasa. Pada janin, organ vital (yaitu paru dan alat gastrointestinal) masih belum berfungsi sehingga yang berperan penting adalah plasenta.
Dari plasenta semua kebutuhan janin disalurkan melalui vena umbilical yang berada di sepanjang tali pusat. Tali pusat (funiculus umbilicalis) berisi satu vena dan dua arteri. Pembuluh vena ini menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri menjadi pembuluh balik yang menyalurkan darah ke arah plasenta untuk dibersihkan dari sisa metabolisme.
Dari gambaran sirkulasi janin di atas, ada beberapa faktor yang berperan yaitu :
1.      Foramen Ovale. Merupakan lubang sementara antara serambi kiri dan serambi kanan yang memungkinkan sebagian darah masuk dari vena cava inferior menyebrang ke serambi kiri. Alasan pengalihan ini adalah darah tidak perlu lagi melewati paru-paru karena telah teroksigenasi.
2.      Duktus Arterious Bothali. Merupakan saluran yang terdapat antara arteri pulmonalis dan aorta. Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah terkombinasi kembali ke plasenta tanpa melalui paru-paru.
3.      Duktu Venosus Arantii. Menghubungkan antara vena umbilikal dengan vena cava inferior. Pada titik ini darah bercampur dengan darah yang telah diambil oksigennya yang kembali dari tubuh bagian bawah.
4.      Vena Umbilikal. Memanjang dari tali pusat menuju ke bagian bawah hati dan membawa darah yang mengandung oksigen dan sari makanan.
5.      Plasenta. Tempat terjadinya pertukaran darah bersih dengan darah kotor.
6.      Funikulus Umbilikalis. Mengalirkan darah dari plasenta ke janin dan dari janin ke plasenta.
7.      Hati. Terdapat percabangan antara vena porta dengan duktus venosus arantii.
8.      Jantung. Terdapat foramen ovale yang langsung menyalurkan darah dari atrium dekstra ke atrium sinistra.
Pola sirkulasi janin lebih dari 50% curah jantung melewati arteri umbilikalis untuk memberikan perfusi rplasen. Curah jantung meningkat sampai genap bulan, pada saat itu lazim didapati 200ml/kg/menit ini. Tekanan darah janin juga meningkat sepanjang kehamilan dan setelah umur kehamilan 36 minggu tekanan sistolik rata-rata adalah 75 mmhg dan distolik 55 mmhg.
Jumlah sel darah merah, tingkat hemoglobin dan packed cell volume meningkat sesuai dengan umur kehamilan. Kebanyakan eritrosit mengandung hemoglobin fetus (hbf). Pada kehamilan 15 minggu semua sel mengandung hbf, pada minggu ke 36, 70 persen eritrosit mengandung hbf, dan 30 persen hemoglobin dewasa, namun terdapat variasi yang luas. Sel-sel yang mengandung hbf dapat mengabsorbsi lebih banyak oksigen pada pO2 tertentu. Sel-sel ini lebih tahan terhadap hemolisis tapi kurang tahan terhadap trauma dibanding dengan hemoglobin dewasa.
a.       Paru-paru janin
Pada embrio dini, paru-paru tersusun atas saluran-saluran epitel yang dikelilingi oleh mesoderm. Pada perkembangan lebih lanjut, epithelium menjadi terlipat-lipat dan glandular membentuk alveoli primitive. Pada umur kehamilan ke-22, telah berkembang suatu system kapiler dan paru-paru mampu mengadakan pertukaran gas. Pada genap bulan, sudah berkembang dan mengalami pergantian tiga atau empat generasi alveoli. Epiteliumnya yang berbentuk kuboidal, menjadi datar pada hirupan pertama. Pada minggu ke-24, cairan memenuhi alveoli dan salurannya. Pada stadium ini paru-paru mulai mensekresi surface-active lipoprotein yang mempermudah ekspansi paru pada waktu lahir dan membantu paru yang berisi udara untuk  mempertahankan volume normalnya. Namun, hingga minggu ke-35, jumlah surfaktan mungkin tidak mencukupi pada beberapa bayi untuk mengembangkan paru-parunya setelah lahir, maka timbul penyakit membrane hialin.
Janin mengadakan gerakan pernapasan pada awal kehamilan. Pada kehamilan dini, gerakannya masih bersifat sporadic, tetapi pada kehamilan pertengahan menjadi teratur dan frekuensinya meningkat sesuai dengan umur kehamilan. Aktivitas pernafasan mengakibatkan inspirasi cairan amnion kedalam bronkiolus tetapi tidak lebih jauh lagi, karena cairan yang disekresi ke dalam alveoli mempunyai tekanan lebih tinggi. Episode-episode hipoksia pada kehamilan akhir atau sewaktu lahir mungkin merangsang upaya pernafasan dan menyebabkan cairan amnion, yang sering terkontaminasi mekonium, terhirup lebih dalam ke dalam paru.
·         Proses Sirkulasi Darah Janin (Fetus)
1.      Darah janin dialirkan ke plasenta melalui aa umbilicaliesyang membawa bahan makanan yang berasal dari ibu.
2.      Darah ini akan masuk ke badan janin melalui vena umbilikacalis yang bercabang dua setelah memasuki dinding perut janin.
3.      Cabang yang kecil akan bersatu dengan vena porta,darahnya akan beredar dalam hati dan kemudian dianggkut melalui vena cava hepatica kedalam vena cava inferior. Dan cabang satu lagi ductus venusus aranthii, akhirnya masuk ke vena cava inferior. Sebagian O2 dalam darah vena umbilikalis akan direabsorbsi sehingga konsentrasi O2 menurun .
4.      Vena cava inferior, langsung masuk ke atrium kanan, darah ini merupakan darah yang berkonsentrasi tinggi nutrisi dan O2 yang sebahagian menuju ventrikel kanan dan sebahagian besar menuju atrium kiri melalui foramen ovale.
5.      Dari ventrikel kanan masuk ke paru-paru, tetapi karena paru-paru belum berkembang maka darah yang tredapat pada arteri pulmonalis dialirkan menuju aorta melalui ductus arteriosus Bothalli. Darah yang ke paru-paru bukan untuk pertukaran gas tetapi untuk memberi makanan kepada paru-paru yang sedang tumbuh.
6.      Darah yang berada di aorta disebarkan ke alat-alat badan, tetapi sebelumnya darah menuju ke aa.hypogastricae ( cabang dari arteri iliaca comunis ) lalu ke aa. Umbilicalles dan selanjutnya ke plasenta.
7.      Selanjutnya sirkulasi darah janin akan berulang kembali. Menerima nutrisi dan O2 dari plasenta melalui ductus venousus aranthii, menuju vena cava inferior yang kaya akan O2 dan nutrisi.



ADAPTASI NEONATUS PADA SISTEM PENCERNAAN, GINJAL DAN HEPAR

Periode neonatus meliputi waktu dari  sejak lahir sampai usia 28 hari, merupakan waktu penyesuaian dari kehidupan intra-uteri ke ekstra-uteri (Olds, et al., 1980). Setelah lahir neonatus (BBL) harus bisa melakukan perubahan fisiologis yang sangat besar untuk beradaptasi dengan kehidupan baru. Bayi harus berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri. (Gorrie et al., 1998)
Ketidakmampuan bayi beradaptasi dengan kehidupan ekstra-uteri mempengaruhi kondisi kesehatannya dan bahkan dapat berakibat fatal. Hal ini dapat terlihat dari kematian neonatal terbanyak terjadi selama minggu pertama kehidupan (Saifuddin, dkk., 2000). Selama minggu pertama tersebut, masa 24 jam pertama kehidupan adalah signifikan karena merupakan periode kritis, transisi dari kehidupan intra-uteri ke ekstra-uteri. Secara statistik, risiko kematian dan kesakitan selama periode ini sangat tinggi. (Olds, et al., 1980)

1.      Adaptasi Sistem Gastrointestinal
Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini. (Gorrie, et al., 1998)
Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam (Olds, et al.,1980) untuk pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al.,1998)
Spingter cardiac antara esophagus dan lambung pada neonatus masih immatur (Olds, et al.,1980), mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan segera setelah diberikan (Gorrie, et al., 1998). Regurgitasi juga dapat terjadi karena kontrol persarafan pada lambung belum sempurna (Olds, et al., 1980)
Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan (Gorrie, et al., 1998) sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir.
 Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds, et al., 1980). Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak (Jensen   et al., 2004). Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah lahir. Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang terdapat pada sereal.
 Selain itu BBL juga mengalami defisiensi lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat padasusu formula ( Gorrie, et al., 1998). Feses pertama yang dieksresi olehbayi disebut mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau, danlengket.
Mekonium terkumpul dalam usus fetus sepanjang usia gestasi, mengandung partikel-partikel dari cairan amnion seperti sel kulit dan rambut, sel-sel yang terlepas dari saluran cerna,empedu dan sekresi usus yang lain (Gorrie, et al., 1998 & Olds, et al.,1980).
Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir. Jika tidak keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan distensi abdomen dan dicurigai kemungkinan obstruksi (Gorrie, et al., 1998 & Simpson & Creehan, 2001).
Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional, bewarna coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium. Feses ini merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya sesuai tipe makanan yang didapat oleh bayi (Gorrie, et a., 1980). Tabel berikut menjelaskan karaktertisik penting sistem pencernaan sebelum dan setelah lahir.
Tabel 1. Karakteristik sistem pencernaan sebelum dan setelah kelahiran.
Sebelum lahir                                                                                              
Setelah lahir
ü  gastrointestinal relatif inaktif.Fetus
ü  menelan cairan amnion dan memperlihatkan gerakan mengisap dan menelan dalam uterus.
ü  tidak ada makanan yang diterimamelalui G.I.T.
ü  tidak terjadi pengeluaran feses. Pada keadaan hipoksis atau distres, spingteranal relaksasi dan mekonium terlepas kedalam cairan amnion,mengindikasikan fetal distres.
ü  bayi dapat mengisap dan menelan, mampu mencerna dan mengeliminasi Asi dan susu formula.
ü   bayi mudah menelan udara selama makan dan menangis.
ü  peristaltik aktif pada bagian abdomen yang lebih bawah karena bayi harus mengeluarkan feses. Tidak adanya feses
ü  dalam 48 jam pertama mengindikasikan obstruksi isi usus.

2.      Adaptasi Ginjal
Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare, dan pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi dan edema ketidakmaturan ginjal dapat membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk mengeksresi obat. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat pada kandung kemih bayi saat lahir tetapi bayi baru lahir memungkinkan tidak mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi selama periode ini. Berkemih 6-10x dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kilogram /hari.
Ginjal janin mulai terbentuk pada kehamilan 12 minggu, dimana dalam kandung kemih telah ada air kemih yang diekresi kedalam air ketuban. Pada bayi baru lahir, kapasitas kandung kemih kira-kira 45 cc dan produksi air kemih rata-rata 0,05 – 0,10 cc permenit. Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah meyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah yang besar dan ketidak seimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu mengonsentrasikan urine yang baik yang tercermin dalam berat urine (1,004) dan osmolitas urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan.
Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, sering kali hanya 30 hingga 60 ml, seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam urine bayi baru lahir. Debris sel yang banyak dapat mengidentifikasi adanya cedera atau iritasi di dalam sistem ginjal.
Fungsi ginjal belum sempurna karena :
1)    Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
2)    Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal.
3)    Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa

3.      Adaptasi Hepar
Selama kehidupan janin sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah, dan selama periode neonatus hati memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan darah. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai lima bulan kehidupan ekstra uterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defesiensi terhadap zat besi. (Stright. 2005. Hal : 217)
Menurut Maryanti, dkk (2011,hlm.21) setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia dan morfolofis berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim hepar belum aktif benar, seperti enzim dehidrogenas dan transferase glukoronil sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus neonatorum fisiologis.
DAFTAR PUSTAKA


Dewi,L.Nanny Vivian.(2010).Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan.Jakarta:Salemba Medika.

Manuaba I.BG.2007.Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar