ASUHAN KEBIDANAN
NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA-SEKOLAH
SISTEM PEREDARAN
DARAH PADA JANIN DAN ADAPTASI FISIOLOGIS NEONATUS PADA SISTEM PENCERNAAN,
GINJAL DAN HEPAR
Disusun Oleh :
Dea Adelia (38716263)
Fauziah Islamiati (32716732)
Ike Nur Wulan Asri Yani (38716284)
Ira Puspa Dwipa (38716285)
Okti Ghina Salsabela (35716674)
Risma Ayu Julianti (38716300)
Rista Ayu Melinda (38716301)
PROGRAM STUDI D
III KEBIDANAN
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2016/2017
SISTEM PEREDARAN
DARAH PADA JANIN
Sirkulasi
darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi, anak, dan
orang dewasa. Pada janin, organ vital (yaitu paru dan alat gastrointestinal)
masih belum berfungsi sehingga yang berperan penting adalah plasenta.
Dari
plasenta semua kebutuhan janin disalurkan melalui vena umbilical yang berada di
sepanjang tali pusat. Tali pusat (funiculus umbilicalis) berisi satu vena dan
dua arteri. Pembuluh vena ini menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke
janin. Sebaliknya, kedua arteri menjadi pembuluh balik yang menyalurkan darah
ke arah plasenta untuk dibersihkan dari sisa metabolisme.
Dari
gambaran sirkulasi janin di atas, ada beberapa faktor yang berperan yaitu :
1. Foramen
Ovale. Merupakan lubang sementara antara serambi kiri dan serambi kanan yang
memungkinkan sebagian darah masuk dari vena cava inferior menyebrang ke serambi
kiri. Alasan pengalihan ini adalah darah tidak perlu lagi melewati paru-paru
karena telah teroksigenasi.
2. Duktus
Arterious Bothali. Merupakan saluran yang terdapat antara arteri pulmonalis dan
aorta. Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan
pintas yang memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah
terkombinasi kembali ke plasenta tanpa melalui paru-paru.
3. Duktu
Venosus Arantii. Menghubungkan antara vena umbilikal dengan vena cava inferior.
Pada titik ini darah bercampur dengan darah yang telah diambil oksigennya yang
kembali dari tubuh bagian bawah.
4. Vena
Umbilikal. Memanjang dari tali pusat menuju ke bagian bawah hati dan membawa
darah yang mengandung oksigen dan sari makanan.
5. Plasenta.
Tempat terjadinya pertukaran darah bersih dengan darah kotor.
6. Funikulus
Umbilikalis. Mengalirkan darah dari plasenta ke janin dan dari janin ke
plasenta.
7. Hati.
Terdapat percabangan antara vena porta dengan duktus venosus arantii.
8. Jantung.
Terdapat foramen ovale yang langsung menyalurkan darah dari atrium dekstra ke
atrium sinistra.
Pola
sirkulasi janin lebih dari 50% curah jantung melewati arteri umbilikalis untuk
memberikan perfusi rplasen. Curah jantung meningkat sampai genap bulan, pada
saat itu lazim didapati 200ml/kg/menit ini. Tekanan darah janin juga meningkat
sepanjang kehamilan dan setelah umur kehamilan 36 minggu tekanan sistolik
rata-rata adalah 75 mmhg dan distolik 55 mmhg.
Jumlah
sel darah merah, tingkat hemoglobin dan packed cell volume meningkat sesuai
dengan umur kehamilan. Kebanyakan eritrosit mengandung hemoglobin fetus (hbf).
Pada kehamilan 15 minggu semua sel mengandung hbf, pada minggu ke 36, 70 persen
eritrosit mengandung hbf, dan 30 persen hemoglobin dewasa, namun terdapat
variasi yang luas. Sel-sel yang mengandung hbf dapat mengabsorbsi lebih banyak
oksigen pada pO2 tertentu. Sel-sel ini lebih tahan terhadap hemolisis tapi kurang
tahan terhadap trauma dibanding dengan hemoglobin dewasa.
a. Paru-paru
janin
Pada
embrio dini, paru-paru tersusun atas saluran-saluran epitel yang dikelilingi
oleh mesoderm. Pada perkembangan lebih lanjut, epithelium menjadi
terlipat-lipat dan glandular membentuk alveoli primitive. Pada umur kehamilan
ke-22, telah berkembang suatu system kapiler dan paru-paru mampu mengadakan
pertukaran gas. Pada genap bulan, sudah berkembang dan mengalami pergantian
tiga atau empat generasi alveoli. Epiteliumnya yang berbentuk kuboidal, menjadi
datar pada hirupan pertama. Pada minggu ke-24, cairan memenuhi alveoli dan
salurannya. Pada stadium ini paru-paru mulai mensekresi surface-active
lipoprotein yang mempermudah ekspansi paru pada waktu lahir dan membantu paru
yang berisi udara untuk mempertahankan volume normalnya. Namun, hingga
minggu ke-35, jumlah surfaktan mungkin tidak mencukupi pada beberapa bayi untuk
mengembangkan paru-parunya setelah lahir, maka timbul penyakit membrane hialin.
Janin
mengadakan gerakan pernapasan pada awal kehamilan. Pada kehamilan dini,
gerakannya masih bersifat sporadic, tetapi pada kehamilan pertengahan menjadi
teratur dan frekuensinya meningkat sesuai dengan umur kehamilan. Aktivitas
pernafasan mengakibatkan inspirasi cairan amnion kedalam bronkiolus tetapi
tidak lebih jauh lagi, karena cairan yang disekresi ke dalam alveoli mempunyai
tekanan lebih tinggi. Episode-episode hipoksia pada kehamilan akhir atau
sewaktu lahir mungkin merangsang upaya pernafasan dan menyebabkan cairan
amnion, yang sering terkontaminasi mekonium, terhirup lebih dalam ke dalam
paru.
·
Proses Sirkulasi Darah
Janin (Fetus)
1. Darah
janin dialirkan ke plasenta melalui aa umbilicaliesyang membawa bahan makanan yang berasal dari ibu.
2. Darah
ini akan masuk ke badan janin melalui vena umbilikacalis yang bercabang dua
setelah memasuki dinding perut janin.
3. Cabang
yang kecil akan bersatu dengan vena porta,darahnya akan beredar dalam hati dan
kemudian dianggkut melalui vena cava hepatica kedalam vena cava inferior. Dan
cabang satu lagi ductus venusus aranthii, akhirnya masuk ke vena
cava inferior. Sebagian O2 dalam darah vena umbilikalis akan direabsorbsi
sehingga konsentrasi O2 menurun .
4. Vena
cava inferior, langsung masuk ke atrium kanan, darah ini merupakan darah yang
berkonsentrasi tinggi nutrisi dan O2 yang sebahagian menuju ventrikel kanan dan
sebahagian besar menuju atrium kiri melalui foramen ovale.
5. Dari
ventrikel kanan masuk ke paru-paru, tetapi karena paru-paru belum berkembang
maka darah yang tredapat pada arteri pulmonalis dialirkan menuju aorta melalui
ductus arteriosus Bothalli. Darah yang ke paru-paru bukan untuk pertukaran gas
tetapi untuk memberi makanan kepada paru-paru yang sedang tumbuh.
6. Darah
yang berada di aorta disebarkan
ke alat-alat badan, tetapi
sebelumnya darah menuju ke aa.hypogastricae ( cabang dari arteri iliaca comunis
) lalu ke aa. Umbilicalles dan selanjutnya ke plasenta.
7. Selanjutnya
sirkulasi darah janin akan berulang kembali. Menerima nutrisi dan O2 dari
plasenta melalui ductus venousus aranthii, menuju vena cava inferior yang kaya
akan O2 dan nutrisi.
ADAPTASI
NEONATUS PADA SISTEM PENCERNAAN, GINJAL DAN HEPAR
Periode neonatus meliputi waktu dari
sejak lahir sampai usia 28 hari,
merupakan waktu penyesuaian dari kehidupan intra-uteri ke ekstra-uteri (Olds,
et al., 1980). Setelah lahir neonatus (BBL) harus bisa melakukan perubahan
fisiologis yang sangat besar untuk beradaptasi dengan kehidupan baru. Bayi
harus berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu
yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa
dilakukan sendiri. (Gorrie et al., 1998)
Ketidakmampuan bayi beradaptasi
dengan kehidupan ekstra-uteri mempengaruhi kondisi kesehatannya dan bahkan
dapat berakibat fatal. Hal ini dapat terlihat dari kematian neonatal terbanyak
terjadi selama minggu pertama kehidupan (Saifuddin, dkk., 2000). Selama minggu
pertama tersebut, masa 24 jam pertama kehidupan adalah signifikan karena
merupakan periode kritis, transisi dari kehidupan intra-uteri ke ekstra-uteri.
Secara statistik, risiko kematian dan kesakitan selama periode ini sangat
tinggi. (Olds, et al., 1980)
1. Adaptasi
Sistem Gastrointestinal
Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna
dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan
fungsi ini. (Gorrie, et al., 1998)
Saat lahir kapasitas lambung BBL
sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah
sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan
kosong dalam 3 jam (Olds, et al.,1980) untuk pemasukan makanan dan kosong
sempurna dalam 2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al.,1998)
Spingter cardiac antara esophagus dan lambung pada neonatus masih immatur (Olds, et al.,1980), mengalami
relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan segera setelah
diberikan (Gorrie, et al., 1998).
Regurgitasi juga dapat terjadi karena kontrol persarafan pada lambung belum
sempurna (Olds, et al., 1980)
Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan
luar dan cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus
akan terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan (Gorrie, et al., 1998)
sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri
dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir.
Bakteri ini penting untuk pencernaan
dan untuk sintesa vitamin K (Olds, et al., 1980). Enzim-enzim penting
untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu
ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna,
memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta
mengemulsi lemak (Jensen et al., 2004).
Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah lahir.
Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti
yang terdapat pada sereal.
Selain itu BBL juga mengalami
defisiensi lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan
lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat padasusu formula (
Gorrie, et al., 1998). Feses pertama yang dieksresi olehbayi disebut
mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti
aspal, lembut, tidak berbau, danlengket.
Mekonium terkumpul dalam usus fetus sepanjang usia gestasi, mengandung
partikel-partikel dari cairan amnion seperti sel kulit dan rambut, sel-sel yang
terlepas dari saluran cerna,empedu dan sekresi usus yang lain (Gorrie, et
al., 1998 & Olds, et al.,1980).
Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir. Jika
tidak keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus
dan distensi abdomen dan dicurigai kemungkinan obstruksi (Gorrie, et al., 1998
& Simpson & Creehan, 2001).
Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional,
bewarna coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses
mekonium. Feses ini merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan
feses selanjutnya sesuai tipe makanan yang didapat oleh bayi (Gorrie, et a.,
1980). Tabel berikut menjelaskan karaktertisik penting sistem pencernaan
sebelum dan setelah lahir.
Tabel 1.
Karakteristik sistem pencernaan sebelum dan setelah kelahiran.
Sebelum
lahir
|
Setelah
lahir
|
ü gastrointestinal relatif
inaktif.Fetus
ü menelan cairan amnion dan
memperlihatkan gerakan mengisap dan menelan dalam uterus.
ü tidak ada makanan yang
diterimamelalui G.I.T.
ü tidak terjadi pengeluaran feses.
Pada keadaan hipoksis atau distres, spingteranal relaksasi dan mekonium
terlepas kedalam cairan amnion,mengindikasikan fetal distres.
|
ü bayi dapat mengisap dan menelan,
mampu mencerna dan mengeliminasi Asi dan susu formula.
ü bayi mudah menelan udara selama makan dan
menangis.
ü peristaltik aktif pada bagian
abdomen yang lebih bawah karena bayi harus mengeluarkan feses. Tidak adanya
feses
ü dalam 48 jam pertama
mengindikasikan obstruksi isi usus.
|
2. Adaptasi
Ginjal
Bayi baru
lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil.
Infeksi, diare, dan pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat
menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi dan edema
ketidakmaturan ginjal dapat membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk
mengeksresi obat. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat pada kandung kemih
bayi saat lahir tetapi bayi baru lahir memungkinkan tidak mengeluarkan urine
selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi
selama periode ini. Berkemih 6-10x dengan warna urine pucat menunjukan masukan
cairan yang cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml
per kilogram /hari.
Ginjal
janin mulai terbentuk pada kehamilan 12 minggu, dimana dalam kandung kemih telah
ada air kemih yang diekresi kedalam air ketuban. Pada bayi baru lahir, kapasitas
kandung kemih kira-kira 45 cc dan produksi air kemih rata-rata 0,05 – 0,10 cc
permenit. Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah meyebabkan retensi
cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat
menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah yang besar dan ketidak seimbangan
elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu mengonsentrasikan urine yang baik
yang tercermin dalam berat urine (1,004) dan osmolitas urine yang rendah. Semua
keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan.
Bayi baru
lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, sering kali
hanya 30 hingga 60 ml, seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam urine
bayi baru lahir. Debris sel yang banyak dapat mengidentifikasi adanya cedera
atau iritasi di dalam sistem ginjal.
Fungsi
ginjal belum sempurna karena :
1)
Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
2)
Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal.
3)
Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan
orang dewasa
3. Adaptasi
Hepar
Selama kehidupan janin
sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah,
dan selama periode neonatus hati memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan
darah. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai lima bulan
kehidupan ekstra uterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap
defesiensi terhadap zat besi. (Stright. 2005. Hal : 217)
Menurut Maryanti, dkk
(2011,hlm.21) setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia dan morfolofis
berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim
hepar belum aktif benar, seperti enzim dehidrogenas dan transferase
glukoronil sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus
neonatorum fisiologis.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi,L.Nanny
Vivian.(2010).Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan.Jakarta:Salemba Medika.
Manuaba I.BG.2007.Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar